Pages - Menu

Pages

Rabu, 30 November 2011

Cinta Segitiga

Dia datang pada saat dimana aku sedang merasa sangat kehilangan, hari-hariku sedang membosankan dan menyedihkan. Aku baru saja putus cinta. Awal aku mengenalnya karena tidak sengaja mengirim sms. Setelah itu kami sering bertukar cerita, bertelpon ria.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus mencintainya, padahal kita tak pernah bertemu.

Aneh bukan? Tapi itulah cinta, bila cinta tidak gila itu tidak dikatakan cinta…
Cinta itu harus gila.

Entahlah, apakah dia merasa hal yang sama dengan apa yang kurasa? Aku tak tahu. Hubunganku dengan ardian tak pasti, bertemankah atau berpacarankah…
Berteman…mungkin dia akan jadi seorang teman yang baik, yang selalu mau mendengar keluh kesahku setiap hari
Berpacaran…mungkin dia akan jadi seorang pacar yang setia,
Berteman atau berpacaran aku tak peduli. Aku merasa nyaman… mendengar suaranya dan mendengar tawanya, dia selalu menjalani kehidupannya dengan santai, seolah dia tidak pernah merencanakan hidupnya esok akan bagaimana, dia biarkan hidupnya mengalir. Tapi itulah yang ku suka, tapi hal itu pula yang pada akhirnya membuat aku benci.

Ardian datang lebih awal daripada adit, mungkin jika adit datang lebih awal, aku akan jatuh cinta padanya.

Aku mengenalnya karena perjodohan orang tua. Saat itu aku sedang menikmati kedekatanku dengan ardian.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu datang di hati adit, aku tak mengerti mengapa adit sangat ingin menikah denganku, padahal perkenalan ini amat singkat. Entahlah, apakah aku merasa hal yang sama dengan adit? Aku tak tahu. Tapi yang pasti aku kagum akan kegigihan dan perhatian dia.

Hubunganku dengan adit juga tak pasti, yang pasti aku pernah menyakitinya karena aku menolaknya

Saat ini aku sedang mencoba untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku, aku harus berusaha agar aku tak berkubang lagi pada kisah yang sama dan orang yang sama… walau sulit, aku harus bisa merelakan dan melupakan semua…
Aku ingin menuliskan sebuah puisi sebagai akhir dari kisah ini…

Mencinta…(ku menunggu)

Kadang, Tuhan yang mengetahui yang terbaik

Akan memberi kesusahan untuk menguji kita
Kadang, Ia pun melukai hati kita
Supaya hikmahnya bisa tertanam amat dalam
Jika kita kehilangan cinta..
Maka ada alasan dibaliknya
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti
Namum kita tetap harus percaya
Bahwa ketika ia akan mengambil sesuatu
Ia telah siap memberi yang lebih baik…
mengapa menanti????
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan
Kita tak ingin tergesa-gesa…
kerena…..
Walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tak ingin sembrono…
karena…..
Walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai…
Kita tak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian cinta

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu…
bagiku….
Lebih baik menunggu orang yang kita inginkan…
Ketimbang memilih apa yang ada
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai
Ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat
Karena hidupku terlampau singkat untuk dilewatkan bersama
pilihan yang salah
Karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius
perlu kau ketahui
Bahwa bunga tidak mekar dalam semalam
Kehidupan dirajut dalam rahim selama 9 bulan
Cinta yang agung terus tumbuh selama kehidupan ini
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal iman, keberanian dan pengharapan….
Penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan
akhirnya…
Dalam segala hikmah dan kasihnya….
Meminta kita menunggu….
karena…
Alasan yang penting!!!!!!

Rabu, 16 November 2011

Cinta Sejati


Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Ami sedang menjalankan semester terakhir dan berusaha menyelesaikan skripsi. Disaat itu pula, 2 minggu yang akan datang, Ami akan dipersunting oleh seorang pria yang bernama Iman (bukan nama sebenarnya).
Ami dan Iman telah berpacaran selama 7 tahun. Iman merupakan teman SD Ami. Mereka telah kenal selama 14 tahun. Masa 7 tahun adalah masa pertemanan, dan kemudian dilanjutkan ke masa pacaran. Mereka bahkan telah bertunangan dan 2 minggu ke depan, Ami dan Iman akan melangsungkan ijab kabul.
Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba Ami dikejutkan oleh suatu berita.
Adiknya Iman: Mbak Ami, Mbak Ami. Mas Iman…Mas Iman….kena musibah!
Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
Saat itu Ami tidak mengetahui musibah apa yang menimpa Iman. Kemudian sang adik melanjutkan beritanya…
Adiknya Iman: Mas Iman…kecelakaan…dan..meninggal…
Ami: Innalillahi wa inna illahi roji’un…
…dan Ami kemudian pingsan…
Setelah bangun, Ami dihadapkan oleh mayat tunangannya. Ami yang shock berat tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tidak ada air mata yang mengalir.
Ketika memandikan jenazahnya, Amit terdiam. Ami memeluk tubuh Iman yang sudah dingin dengan begitu erat dan tak mau melepaskannya hingga akhirnya orang tua Iman mencoba meminta Ami agar tabah menghadapi semua ini.
Setelah dikuburkan, Ami tetap terdiam. Ia berdoa khusyuk di depan kuburan Iman.
Sampai seminggu ke depan, Ami tak punya nafsu makan. Ia hanya makan sedikit. Ia pun tak banyak bicara. Menangis pun tidak. Skripsinya terlantar begitu saja. Orangtua Ami pun semakin cemas melihat sikap anaknya tersebut.
Akhirnya bapaknya Ami memarahi Ami. Sang bapak sengaja menekan anak tersebut supaya ia mengeluarkan air mata. Tentu berat bagi Ami kehilangan orang yang dicintainya, tapi tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Rasanya beban Ami belum dikeluarkan.
Setelah dimarahi oleh bapaknya, barulah Ami menangis. Tumpahlah semua kesedihan hatinya. Setidaknya, satu beban telah berkurang.
…tiga bulan kemudian…
Skripsi Ami belum juga kelar. Orangtuanya pun tidak mengharap banyak karena sangat mengerti keadaan Ami. Sepeninggal Iman, Ami masih terus meratapi dan merasa Iman hanya pergi jauh. Nanti juga kembali, pikirnya.
Di dalam wajah sendunya, tiba-tiba ada seorang pria yang tertarik melihat Ami. Satria namanya (bukan nama sebenarnya). Ia tertarik dengan paras Ami yang manis dan pendiam. Satria pun mencoba mencaritahu tentang Ami dan ia mendengar kisah Ami lengkap dari teman-temannya.
Setelah mendapatkan berbagai informasi tentang Ami, ia coba mendekati Ami. Ami yang hatinya sudah beku, tidak peduli akan kehadiran Satria. Beberapa kali ajakan Satria tidak direspon olehnya.
Satria pun pantang menyerah, sampai akhirnya Ami sedikit luluh. Ami pun mengajak Satria ke kuburan Iman. Disana Ami meminta Satria minta ijin kepada Iman untuk berhubungan dengan Ami. Satria yang begitu menyayangi Ami menuruti keinginan perempuan itu. Ia pun berdoa serta minta ijin kepada kuburan Iman.
Masa pacaran Ami dan Satria begitu unik. Setiap ingin pergi berdua, mereka selalu mampir ke kuburan Iman untuk minta ijin dan memberitahu bahwa hari ini mereka akan pergi kemana. Hal itu terus terjadi berulang-ulang. Tampaknya sampai kapanpun posisi Iman di hati Ami tidak ada yang menggeser. Tetapi Satria pun sangat mengerti hal itu dan tetap rela bersanding disisi Ami, walaupun sebagai orang kedua dihati Ami.
Setahun sudah masa pacaran mereka. Skripsi Ami sudah selesai enam bulan yang lalu dan ia lulus dengan nilai baik. Satria pun memutuskan untuk melamar Ami.
Sebelum melamar Ami, Satria mengunjungi kuburan Iman sendirian. Ini sudah menjadi ritual bagi dirinya. Disana ia mengobrol dengan batu nisan tersebut, membacakan yasin, sekaligus minta ijin untuk melamar Ami. Setelah itu Satria pulang, dan malamnya ia melamar Ami.
Ami tentu saja senang. Tapi tetap saja, di hati Ami masih terkenang sosok Iman. Ami menceritakan bagaimana perasaannya ke Satria dan bagaimana posisi Iman dihatinya. Satria menerima semua itu dengan lapang dada. Baginya, Ami adalah prioritas utamanya. Apapun keinginan Ami, ia akan menuruti semua itu, asalkan Ami bahagia.
Ami pun akhirnya menerima lamaran Satria.
…beberapa bulan setelah menikah…
Di rumah yang damai, terpampang foto perkawinan Ami dan Satria. Tak jauh dari foto tersebut, ada foto perkawinan Ami ukuran 4R. Foto perkawinan biasa, namun ada yang janggal. Di foto tersebut terpampang wajah Ami dan Iman.
Ya, Ami yang masih terus mencintai Iman mengganti foto pasangan disebelahnya dengan wajah Iman. Foto itupun terletak tak jauh dari foto perkawinan Satria dan Ami. Sekilas terlihat foto tersebut hasil rekayasa yang dibuat oleh Ami. Namun Satria mengijinkan Ami meletakkan foto tersebut tak jauh dari foto perkawinan mereka.
Bagaimanapun Ami tetap akan mencintai Iman sekaligus mencintai Satria, suami tercintanya. Dan Satria merupakan pria yang memiliki hati sejati. Baginya, cinta sejatinya adalah Ami. Apapun yang Ami lakukan, ia berusaha menerima semua keadaan itu. Baginya tak ada yang perlu dicemburui dari batu nisan. Ia tetap menjalankan rumah tangganya dengan sakinah, mawaddah dan warramah, hingga saat ini…
Mendengar cerita diatas, terus terang saya merasa sedih, terharu, sekaligus miris. Saya kagum dengan sosok Satria yang ternyata benar-benar mencintai Tante Ami. Saya juga mengerti kepedihan Tante Ami ketika ditinggalkan tunangannya. Tentu rasanya sulit ditinggalkan oleh orang yang sudah membekas dihati.
Akankah ada pria-pria seperti Satria? Saya harap semoga banyak pria yang akan tetap setia kepada seorang wanita, menerima mereka apa adanya.

Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan

Hari ini, adalah hari pertamaku di tahun ajaran baru, setelah selesai berlibur ke Jogja selama liburan kenaikan kelas selama 2 minggu, akhirnya aku bisa kembali ke sekolah lagi. Walaupun terasa sedih liburan telah usai, Tapi aku bisa senang bertemu dengan Teman-temanku. Terutama cowok impianku, Ariel.
Awal ku menyukainya adalah di saat aku putus dengan pacarku, Putra. Putusnya aku dengan Putra adalah ketidak cocokan kami. Karnaku susah melupakan  Putra, aku menjadi sedih. Sampai Kosentrasi belajarku menurun. Tapi setelah ada Ariel, aku kembali seperti diriku yang dulu. Sedih dan Senang dilalui bersama.
 Tapi itu hanya berlangsung di kelas 7. Di tahun ajaran kelas 8, Aku tidak sekelas lagi dengan dia. Hubungan pertemananku dengan dia tiba-tiba merenggang. Dalam pikiranku “ Apa mungkin Ariel punya pacar?” Tapi saat kutanyakan hal itu kepada Miki
“Dia belum punya pacar, kenapa Gi ? lo suka sama dia?”.
 Di saat miki melontarkan kata tersebut, aku langsung menepisnya.
Di tahun ajaran baru ini, Kelas 9. Aku sekelas  lagi dengan Ariel. Betapa gembiranya aku, Hatiku terasa lebih bebas. Rasa cinta itu tumbuh kembali. Tapi hanya satu kendalanya, aku takut menyatakan perasaan itu. Karna belum tentu Ariel menyukaiku. Apa lagi sekarang aku juga mempunyai saingan untuk merebut hati Ariel. Ariel sekarang lebih terkenal dibanding kelas 7. Tapi mudah-mudahan dia masih seperti Ariel yang ku kenal kelas 7.

**********

Cinta yang Terpendam


Suatu pagi yang cerah, terlihat sosok gadis yang masih terbaring di tempat tidurnya. Gadis itu bernama Ifa, dia termasuk anak yang agak susah bangun pagi. Terdengar suara ibunya membangunkan Ifa, “fa,,fa,,bangun cepat,,,sudah jam 6 lho, kamu berangkat sekolah apa gak kok gak bangun bangun?”. Ifa malah dengan asyiknya menutupi tubuhnya dengan selimut yang hangat, dan ibunya pun langsung menarik selimutnya. Dan akhirnya Ifa pun terpaksa bangun, setelah dia melihat jam di sampingnya, Ifa pun langsung bergegas mandi dan siap-siap berangkat sekolah. 

***

Di sepanjang jalan, Ifa mengendarai motor dengan ngebut karena sudah hampir jam 7. Dan akhirnya, dia tidak sengaja hampir menabrak pengendara lain. Yang ditabrak itu ternyata siswa cowok dari SMK GARUDA yang merupakan musuh dari sekolahnya Ifa (SMK BINTANG) khususnya di ekskul Pramuka. Dan diapun marah dan mereka berhenti sejenak di pinggir jalan. “woy, kalau naek motor tu ati-ati donk,,kalau gue kenapa-kenapa mau tanggung jawab pa? dasar anak SMK BINTANG”, ucap cowok yang ditabrak Ifa. “iya maaf, tadi gue buru-buru. Sudah dulu yach,,gue mau berangkat, ngapain gue buang-buang waktu disini terlalu lama? Gak penting! Bye..” ucap Ifa dengan santai. Dan Ifa langsung berangkat ke sekolah, sementara itu cowok, dah ngomel-ngomel sendiri gak jelas, (kayak orgil ja),,he,.he

***

Sesampai di sekolah, Ifa langsung dihukum guru. “nasib gue apes banget ya hari ni?”, gerutu Ifa dalam hati. Setelah dia sampai kelas, pelajaran dimulai seperti biasanya. Dan bel pulang pun berbunyi, dalam sekejap cepat banget ruangan kelas Ifa sepi.

*** 

‘‘Busyet dach,,anak-anak sini, kalau udah bel pulang aja cepet banget ngilang. Dah gitu pada dijemput cowoknya lagi. Mending kalau cowok mereka tu gak dari SMK GARUDA, nyebeling banget dech,,,uch…”, ucap Ifa. Dan dari kejauhan datang Ida (sahabat Ifa), “ngapain sih fa kamu masih benci terus sama anak SMK GARUDA? Gitu-gitu juga mantanmu anak sekolah situ kan?”, tanya Ida. “udah dech Da, gak usah bahas itu lagi, aku tu dah males ngomongin anak SMK GARUDA. Mending kita buruan siap-siap berangkat ke Polres latihan Saka Bhayangkara.”, jawab Ifa. “iya-iya, rajin amat sih kalau mau ke Polres? Mentang-mentang ada ‘bang romi’ (senior Saka bhayangkara polres) ?”, ejek Ida. “yee, sory ya, aku itu rajin ke polres bukan gara-gara tu anak tau. Aku cuma suka ja ma kegiatan disana. Apalagi tu anak tu siswa SMK GARUDA, jadi ya anti gue ma dia.”, tegas Ifa. “iya-iya percaya ach. Ya udah ayo berangkat, aku nebeng ya? He,he..”, jawab Ida sambil minta tebengan. “dasar maunya gratisan..ya udah ayo kita bareng-bareng sama yang lain”, jawab Ifa. Dan mereka berangkat dengan Eka, Yuli dkk Sabhara lain.

***

Tiba di polres, mereka disambut dengan hukuman lari oleh kak Charly (instruktur Sabhara yang terkenal galak, cuek dan angkuh). 
“uh, sebel banget deh baru dateng langsung disuruh lari”, gerutu Eka. “ya iyalah, kita saja datengnya telat 1jam.”, sahut yuli. Dan latihan berjalan lancar seperti biasa. Saat waktu pulang tiba, Ifa selaku ketua dari ekskul Pramuka di SMK BINTANG dipanggil menuju Ruang Pembina. Ternyata di dalam ada Kak Charly, ‘Bang Romi’, dan kakak- kakak senior lainnya. Ifa pun salting saat masuk ke Ruangan itu dan dia minta Eka (wakilnya Ifa) untuk menemaninya. “da pa pak?”, tanya Ifa pada Pak Aji (Pembina). “begini, tolong kamu urus segera administrasi anak-anak SMK BINTANG yang belum kelar.”, jawab Pak Aji. “lho pak, kayak’e sudah beres semua kok pak, iya kan ka?”, jawab Ifa. “alah paling Cuma pura-pura udah? He,he”, ejek kak Idan (sahabat ‘Bang Romi’). “huss..jangan gitu kamu Dan, kali ja pak Aji salah mungkin pak. Mungkin sekolahnya emang udah beres semua administrasinya.”, bela ‘Bang Romi’ pada Ifa. “wach,,kalau Ifa kok dibelain terus? Da pa tuch?”, ucap kak Idan yang bikin jantung Ifa dan Romi deg-degan gak karuan. Sebenarnya Ifa sudah lama suka dengan Romi, tapi karena dia sudah sangat anti dengan SMK GARUDA, jadi dia malu untuk mengakuinya. Padahal mereka kenal sudah lama dan sudah sering sms-an dan fb-an. Begitu juga dengan Romi, dia juga sudah suka dengan Ifa, tapi dia merupakan cowok yang belum pernah pacaran. Jadi dia gak berani ngungkapin perasaannya itu. Dan akhirnya urusan Ifa dengan Pak Aji kelar. Lalu dia dan teman-temannya pulang.

***

Suatu ketika, Ifa ditembak Riza (senior Sabhara yang merupakan teman dari Romi). Ifa pun menolaknya, “kenapa sih yang nembak aku malah bukan dia(romi)? Padahal aku tu dah ngarep banget dia nembak aku. Apa dia gak suka sama aku ya?”, Tanya Ifa dalam hati. Dihari yang sama, Romi juga ditembak Yuli(teman Ifa), Romi juga menolaknya, “kok gak Ifa yang nembak aku? Apa dia gak suka sama aku ya?”, Tanya Romi dalam hati. Eka sebagai teman dari Ifa yang juga cukup akrab dengan Romi sebenarnya ingin mengatakan pada keduanya kalau mereka itu saling suka, tapi selalu saja ada yang menghalang-halangi. Dan akhirnya, sampai Romi lulus dari SMK GARUDA, Eka belum juga memberi tahu pada mereka.

***

Suatu hari, terdengar kabar bahwa Romi akan kuliah di luar kota. Romi tidak pernah menceritakan hal itu dari Ifa karena dia merasa itu tidak penting bagi Ifa. Padahal itu sangat penting bagi Ifa yang sangat mencintainya. Sampai akhirnya Romi telah pergi ke luar kota dan Ifa baru tahu kepergiannya itu dari Yuli yang selama ini suka sama Romi dan Ifa mengira Yuli itu pacarnya Romi. Makanya Ifa tidak pernah berani menghubungi Romi dan hingga akhirnya Ifa gak tahu kepergian Romi. Padahal Yuli itu tidak pacarnya Romi, dan Ifa baru tahu hal itu. Ifa sangat menyesal setelah dikabari Eka bahwa Romi sebenarnya juga suka dengan Ifa. Ifa menyesal kenapa dulu dia tidak mengungkapkannya saja. 

***

Waktu terus berjalan, Ifa masih tetap menanti Romi. Dia berusaha untuk bisa menghubunginya, tapi semua sia-sia. Romi juga selalu berusaha menghubungi Ifa, tapi usahanya juga sia-sia. Mereka lost contact bertahun-tahun. Mereka menyesal telah memendam cinta mereka di masa lalu. Dan cinta mereka pun berakhir sebagai ‘cinta yang terpendam’.



Cinta Terlarang


Mita adalah seorang gadis tomboy, dia merupakan salah satu siswi di SMA 6 Bandung. Kesehariannya dia habiskan untuk bermain gitar, dia merupakan anak kos yang berasal dari Surabaya. Dia seringkali di panggil Ical oleh teman-temannya karena dia gadis yang mempunyai paras seperti cowok dan wajahnya pun ganteng seperti cowok lainya. Dia duduk dikelas XI . Semua teman-temannya cowok gak ada yang cewek , dokelasnya dia ditakuti oleh semua anak-anak karma kalau dia marah emosinya sering kali sulit untuk dikendalikan. Hingga suatu hari muncul lah seorang anak baru yang membuat hari-hari Ical / Mita berwarana. Dia bernama Ica dia siswi pindahan dari Yogyakarta dan dia satu kosan dengan Mita. Hari-hari mereka lalui bersama , hinggan mereka mengikat sebuah hubungan yaiti ” Pacaran “. Kebahagian terus mereka rasakan , hingga hari itu terjadi, dimana Icha tahu semuanya kalau selama ini orang yang selalu menjaga dia disekolah adalah seorang cewek.
Dimana hari itu Icha melihat dengan kepalanya sendiri, kalau ternyata yang digosipkan selama ini disekolah itu benar. Ejekan teman-teman pada Icha selama ini benar, ternya Icha LESBI. Hanya kata itu yang Icha pikirkan. Icha menyesal mengapa selama ini Icha tidak mendengarkan teman-temanya, Mita / Ichal itu adalah seorang cewek.
Hari-hari yang biasanya mereka lalui dengan senyuman kini berubah dengan tangisan. Hubungan diantara mereka merenggang. Hingga Icha mengambil keputusan sepihak. Keputusan yang tak pernah dibayangkan Mita sebelumnya yaitu keputusan yang dianggap menyedihkan yaitu ” PUTUS “. Itulah keputusan yang Icha ambil dan tidak dapat di ubah lagi.
Beribu-ribu alasan terus Mita ucapkan agar Icha mau memaafkan dirinya. Tetapi itu semua percuma karma rasanya berat untuk memaafkan seseorang yang dianggap Icha telah menipu dirinya. Tidak biasanya dikelas sepi , ketika Mita datang, semuanya terdiam dan tidak ada yang berani untuk menatap mita kecuali icha. Icha keluar dari kelas dan Mita melampiaskan amarahnya. Semua anak-anak ketakutan ketika Mita bertanya ” Siapa yang memberitahu Icha kalau aku adalah seorang Cewek “. Anak-anak terdiam tiadak ada seorang pun yang berani untuk menjawab pertanyaan Mita. Hingga ada seorang cewek bernama Keyza, dia menjelaskan semuanya, kalau secara tidak langsung Icha melihat payudaranya Mita, disanalah Icha mengetahui kalau ternyata Mita / Ichal adalah seorang cewek. Diasanalah Mita tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menangis.
Hubungam mereka hanya berjalan satu tahun. Hubungan yang mereka anggap hubungan yang tidak dapat diputuskan dengan apapun. Tapi itu semua hancur berantakan oleh karma sebuah jenis kelamin. Itulah yang selalu ada dikepala Ichal. Dia selalu bertanya mengapa dia harus dilahirkan kedunia ini menjadi seorang cewek. Gara-gara jenis kelamin itu dia harus rela ditinggalkan dan dibenci oleh seseorang yang dapat mengerti dan menyayangi dirinya dengan tulus.
Kelulusan pun tiba, Icha mandapat beasiswa untuk meneruskan pendididknnya ke paris, tanpa banyak berpikir Icha mengambil beasiswa itu. Dan disaat Icha bersenang-senang dengan teman-temannya karma dia dengan teman-temannya lulus, tanpa dia sadari kalau salah satu dari mereka ada yang tidak lulus yaitu Mita / Ichal.
Sebelum kepergianya ke paris. Icha menyimpan sepucuk surat di atas gitar kesayangan Mita yang isisnya menceritakan kekecewaannya pada Mita di dalamnya tertulis ” Jangan tanyakan kemana aku pergi, kenapa aku pergi, kapan aku kembali, itu semua tidak akan mengubah keputusan ku. Aku yakin kamu bisa tanpa aku dan kamu bisa lulus dari sekolah dan meneruskan ke pendidikan ke Yng lebih tinggi lagi. Kecewa dan marah pasti yang kamu rasakan setelah selesai membaca surat ini “.
Alam ikut merasakan kesedihan Mita dengan membuat langit mendung dan hujan lebat. DisanaMita berjanji kalau dia akan tetap menunggu Icha sampai kapan pun, dia tidak peduli dengan jenis kelaminnya yang dia inginkan hanya stu nama dan satu orang yaitu Icha.
Selama di paris, Icha hanya belajar dan belajar, karena dengan itulah Icha bisa melupakan bayangan wajah seseorang yang selama ini selalu ada di hatinya. Seseorang yang dia anggap cahaya di dalam kehidupannya tapi sekarang cahaya itu padam karena sebuah jenis kelamin. Cinta dan kasih sayang yang seharusnya tidak boleh dirasakan oleh mereka berdua, karna sampai kapanpun rasa sayang dan cinta itu tidak dapat bersatu dengan cara dan usaha apapun tidak dapat bersatu karna rasa sayang dan cinta itu tidak wajar, dan halangan yang tidak bisa diubah jalannya yaitu rasa sayang dan cinta yang timbul dari satu jenis.
Hari-hari Mita lalui dengan kesedihan, dia berubah drastis, diamenjadi anak yang baik dan berprestasi di sekolah. Dia yakin suatu hari nanti Icha akan kembali dan mamaafkan dirinya, disanalah Icha akan melihat perubahannya yang sangat drastis. Selama Icha pergi, Mita tidak pernah terlihat jalan dengan orang lain karena di hatinya hanya ada satu orang dan satu nama yaitu Icha.
Setahun sudah Icha pergi meninggalkan Mita, dan kelulusan pun tiba, Mita mendapatkan Bea siswa untuk meneruskan pendididkannya ke yang lebih tinggi lagi, Mita mendapat kesempatan untuk meneruskan kuliahnya di salah satu kampus terkenal dijakarta. Dalam hatinya Mita hanya bisa menyebut satu nama yaitu Icha. Dia berjanji kalau, dia bisa menjadi orang yang seperti ini Icha harapkan. Disaat itu juga Icha mendapatkan gelar yang selama ini dia impikan, Icha akan kembali ke Indonesia dengan mengantongi gelarnya yaitu gelar S1 Lulusan bahasa dan Sastra dan dia akan menjadi asisten di salah satu universitas di Jakarta yang sekarang menjadi tempat di mana Mita menuntut ilmu.
Hari itu terasa berbeda, dimana Mita begitu bersemangat untuk pergi ke kampus, hingga dia datang ke kelas paling pagi dan hari itu juga Icha akan memulai aktivitasnya yang baru yaitu menjadi seorang asisten dosen. Disaat Icha menginjakan kakinya digerbang kampus, Mita begitu merasakan kalau seseorang yang selama ini ada dihatinya datang kembali. Masuk kelas pun tiba dan kelas yang pertama Icha datangi adalah kelasnya Mita. Semuanya terdiam ketika Icha masuk kelas dan secara spontan Mita memanggil Icha dengan sebutan ” BUNDA”, sebutan yang biasa Mita ucapkan kepada Icha ketika mereka masih mempunyai dan mengikat suatu hubungan. Tanpa sadar Icha menjatuhkan buku yang dibawanya dan menjawab sapaan Mita dengan sebutan “AYAH”. Semuanya terdiam, sunyi, bagaikan suara mereka hilang tidak ada yang bicara sedikitpun. Icha langsung berlari keluar dari kelas dengan cepat Mita berlari mengejarnya, sambil berkata “Bunda tunggu, Bunda tunggu”, hanya kata itu yang disebutkan Mita sambil berlari mengejar Icha. Icha pergi berlari ke luar kampus, hingga kecelakaan itu terjadi, Mita tertabrak mobil truk yang berisi dengan barang-barang berat. Semuanya terhentak, ketika Icha menoleh kebelekang dan disana Mita sudah tergeletak penuh darah, dengan spontan Icha berlari sambil berteriak ” AYAH “. Disaat Mita dala pangkuan Icha, Mita hanya tersenyum dan berkata ” Bunda, Ayah tunggu bunda disurga “. Hanyalah kata itu yang terakhir kali diucapkan Mita.
Semenjak kejadian itu dan dairy yang selama setahun ini terus ditulis Mita. Icha menyesal ” Mengapa dulu aku begitu egois dan mau menang sendiri, hingga akhirnya aku harus rela ditinggalkan oleh orang yang benar-benar selama ini menyayangi aku dengan sepenuh hati “. Icha terus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Mita dan Icha pun berjanji dia tidak akan memberikan hatinya untuk orang lain kecuali untuk Mita, orang yang telah pergi meninggalkannya. Akhirnya Icha pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta dan Icha pun berpesan apabila Icha meninggal nanti ia ingin mekemnya berdekatan dengan Mita dan dia ingin dia dimakamkan di Surabaya di kampung halaman Mita dan tempat Mita beristirahat untuk selamamnya.
Setahun kemudian Icha meninggal, dia meninggal karena penyakit Lekimia yang selama Enama bulan kebelakang ini dideritanya dan Icha menepati janjinya, dia meninggal disaat satu tahun Mita meninggal dan dimakamkan dismping makam Mita, dissat terakhir Icha, Icha hanya berkata ” AYAH, BUNDA DATANG”.



Jumat, 11 November 2011

Cinta Tanpa Kata

Tak disangka beberapa tahun telah kuhabiskan di sekolah ini. Tanpa kusadari, beragam warna kehidupan telah kudalami bersama teman dan guruku. Bisa dibilang sepertiga atau bahkan setengah hidupku selama ini kuhabiskan dibawah naungan atap sekolah. Begitu pula pengalaman-pengalaman hidupku; berbagai hal baru kualami dalam tujuh jam devosi kepada kertas, buku dan pensil. Begitu banyaknya kisah-kisah yang patut untuk dikenang; kisah-kisah yang tak layak untuk dilupakan.

***


"Bob! Lu jangan jawab! Gw ga pinter-pinter, deh."


Aku dan beberapa temanku hanya bisa tertawa mendengar ocehan Adi. Memang sulit menahan tawa begitu mendengar badut ini berbicara. Gayanya memang berbeda dari yang lain. Aneh, sinar bahagia selalu terpancar dari mimik wajahnya, kebahagiaan yang sempurna; kebahagiaan yang tak akan lengkap tanpa adanya cinta.

***



"Eh, gimana neh? Lu kan udah pengalaman! Ajarin gw dong!"


Itu adalah pertanyaan Adi yang terus ia tuturkan pada masa-masa pengejaran kebahagiaannya. Adi memang seorang yang periang, namun sejak ia menanyakan pertanyaan itu wataknya semakin bersinar tanda bahagia. Menurutku, saat-saat itu merupakan saat-saat yang paling menegangkan dalam hidup Adi. Ketika itu kami baru saja beranjak ke jenjang SMP3. Gedung kami kedatangan beberapa murid baru terutama di tingkat SMP1. Pada saat itulah sebuah tunas mawar tumbuh dengan perlahan; awal dari sebuah kisah cinta yang baru.


Katherine nama gadis itu. Dengan rambut hitam panjang yang lurus terurai dan kulit coklat kemerahan langsung membuat Adi jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Setiap kali berpapasan dengannya, Adi langsung kehilangan kata-kata. Perasaan Adi begitu kuat, namun baginya, sulit sekali untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan kepada Katherine.


Seiring berjalannya waktu, perasaan yang terpendam di dalam hati Adi semakin menguat. Namun apa daya, tak sepatah kata pun dapat keluar dari mulutnya begitu ia berpapasan dengan sang gadis pujaannya. Tetapi tekadnya yang kuat membuatnya pantang menyerah. Ia berjanji kepada dirinya bahwa suatu saat nanti ia akan menyatakan cintanya yang telah ia pendam begitu lama.


Tak lama setelah perasaan di hati Adi muncul, kabar angin dalam beragam versi tersebar. Hal ini membuat hati Adi gelisah. Pagi dan malam ia terus memikirkan apa yang harus ia lakukan. Adi takut, melalui huru-hara yang tersebar, Katherine akan segera mengetahui apa yang selama ini ia sembunyikan. Bagai telur di ujung tanduk, perasaan yang selama ini dia pendam mau tidak mau harus segera dikeluarkan. Hari-hari berikutnya Adi jalani dengan perasaan was-was. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan bila nanti ia sampai berpapasan dengan Katherine.


Waktu pergantian jam pelajaran pun tiba. Semua murid dari semua tingkat keluar dari kelas mereka masing-masing dan menuju ke loker. Sudah menjadi kebiasaan di sekolah kami kalau para murid harus berpindah dari satu kelas ke kelas yang lain tergantung pada jadwal pelajaran pada hari itu. Namun pergantian pelajaran hari itu bukanlah suatu kebiasaan bagi Adi.


Aku ada bersama-sama dengan Adi dan beberapa orang teman laki-laki yang lain ketika kami mendengar suara teriakan meriah yang berasal tak jauh dari tempat kami berada.


"Katherine!!"


Suara teriakan itu terdengar tidak biasa. Kami pun menoleh ke arah sumber teriakan tersebut. Di sana berdiri Katherine dan teman-teman perempuan sekelasnya. Ia terlihat tersipu-sipu dan berusaha membuang muka sementara teman-temannya berbisik-bisik sambil melirik Adi. Waktu membatasi pertemuan itu dan teman-teman Katherine berjalan pergi sementara Katherine sebelum pergi melemparkan senyum kecil kepada Adi. Kami tertawa cekikikan melihat wajah Adi yang merah padam.


Sejak pertemuan itu, Adi selalu berusaha tersenyum kepada Katherine setiap kali berpapasan. Meskipun ia tidak menyapa dengan kata-kata, bagi Katherine senyuman Adi memberikan sesuatu yang jauh lebih berharga dimana tidak ada suatu kata apapun yang dapat menandinginya.