salju

Rabu, 16 November 2011

Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan

Hari ini, adalah hari pertamaku di tahun ajaran baru, setelah selesai berlibur ke Jogja selama liburan kenaikan kelas selama 2 minggu, akhirnya aku bisa kembali ke sekolah lagi. Walaupun terasa sedih liburan telah usai, Tapi aku bisa senang bertemu dengan Teman-temanku. Terutama cowok impianku, Ariel.
Awal ku menyukainya adalah di saat aku putus dengan pacarku, Putra. Putusnya aku dengan Putra adalah ketidak cocokan kami. Karnaku susah melupakan  Putra, aku menjadi sedih. Sampai Kosentrasi belajarku menurun. Tapi setelah ada Ariel, aku kembali seperti diriku yang dulu. Sedih dan Senang dilalui bersama.
 Tapi itu hanya berlangsung di kelas 7. Di tahun ajaran kelas 8, Aku tidak sekelas lagi dengan dia. Hubungan pertemananku dengan dia tiba-tiba merenggang. Dalam pikiranku “ Apa mungkin Ariel punya pacar?” Tapi saat kutanyakan hal itu kepada Miki
“Dia belum punya pacar, kenapa Gi ? lo suka sama dia?”.
 Di saat miki melontarkan kata tersebut, aku langsung menepisnya.
Di tahun ajaran baru ini, Kelas 9. Aku sekelas  lagi dengan Ariel. Betapa gembiranya aku, Hatiku terasa lebih bebas. Rasa cinta itu tumbuh kembali. Tapi hanya satu kendalanya, aku takut menyatakan perasaan itu. Karna belum tentu Ariel menyukaiku. Apa lagi sekarang aku juga mempunyai saingan untuk merebut hati Ariel. Ariel sekarang lebih terkenal dibanding kelas 7. Tapi mudah-mudahan dia masih seperti Ariel yang ku kenal kelas 7.

**********


Masa MOS kelas 7 telah berakhir, masing kelas dan wali kelas harus membuat struktur kelas. Saat pertama pembagian kelas, Wali kelas di kelasku Ibu Matilda. Bu Matilda langsung mendiskusikan tentang struktur kelas tersebut dengan kami.
“Anak-anak, kalian memilih siapa ketua kelas di kelas ini?” Kata Bu Matilda dengan mempehatikan seisi kelas kami.
“Itu aja Bu, Bobby!!!” Kata salah satu temanku.
“Ada yang mau berpendapat lagi?”
“Bagusan Ariel Bu, Dia sudah berpengalaman!” Kata sahabatku, Aulia.
Mendengar nama kata “Ariel”, Hatiku tiba-tiba berdegup sangat kencang.
“Apakah ini Cinta Gi?” Kataku di dalam hati.
Setelah melalui sistem musyawarah, akhirnya di pilih ketua kelas adalah Ariel dengan wakil Bobby. Sekretaris di pegang olehku dan Bendahara Aulia.
Lonceng bel tanda istirahat telah berbunyi, seluruh murid keluar kelas untuk pergi ke kantin atau ke perpustakaan. Semua di teman kelasku memberi selamat kepada Ariel yang menjadi ketua kelas, Termasuk aku. Semua teman-teman dikelasku berharap Ariel menjadi ketua kelas yang Arif dan Bijaksana.Akupun memberi selamat juga.
“Ariel selamat ya!” Kataku dengan senyum yang bahagia dari biasanya.
“Biasa aja Gi” Kata Ariel dengan tampang dingin.
Ariel yang kukenal tidak seperti itu, Apa mungkin sudah lebih dewasa dari kelas 7 yang ramah. Dalam pikirku, mungkin dia sedang tidak  mood?, ahh, tidak perlu dipikirin.


Di kelas 9, Akhir-akhir ini dia lebih dekat dengan Nira. Tapi kalau kulihat Ariel menganggap Nira seperti beda dari teman cewek yang lainnya. Berhembus gosip kelas, katanya Ariel Pedekate dengan Nira. Mendengar gosip tersebut, hatiku seperti retak dan hampir rapuh. Tapi itu cuma gosip, mereka belum jadian. Berarti aku masih punya harapan untuk mencari perhatian ke Ariel. Walaupun aku harus bersaing dengan Nira,cewek cantik yang sama-sama digilai cowok-cowok .
Di hari Valentine, hari yang penuh kasih sayang. Kelasku yang adem ayem, tiba-tiba gempar. Ariel akan nembak  Nira. Mendengar berita tersebut, akupun harus mencari kebenaran info tersebut ke seluruh teman sekelasku layaknya wartawan.Teman-temanku semua menjawab benar. Katanya Ariel yang bilang ke Miki. Miki langsung memberitahukan keseluruh kelas 9.
Karna masih kurang percaya, aku langsung menanyakan ke Aulia, sahabatku yang paling kupercayai.
“li, benar nggak Ariel mau nembak Nira?”
“Iya Gi, katanya pulang sekolah. Kita lihat yuk nanti!”kata Aulia dengan wajah yang berbinar-binar seakan-akan seru.
Padahal dia benar-benar tidak tahu perasaanku.Hatiku yang hampir retak tersebut seperti mau pecah setelah mendengar kenyataan yang benar-benar pahit bagiku. Tapi aku berharap, Nira menolak cintanya Ariel.
Bel lonceng pulang sekolah telah tiba, tapi kelas 9 yang masih ada jam pemantapan 1 jam lagi menggunakan waktu tersebut untuk makan siang. Tapi waktu istirahat yang ini beda dari hari biasanya. Semua kelas 9 makan siang lebih cepat dari yang biasanya. Mereka hanya mau lihat detik-detik Ariel menembak  Nira. Aku yang waktu itu sedang makan siang di kelas, tiba-tiba dikagetin sambutan Aulia.
“Megy, kita lihat yuk  aksi Ariel menembak  Nira!”kata Aulia dengan wajah yang masih berbinar-binar.
“Ihh, males ah! Lagian nggak penting banget tau!” kataku dengan tampang sinis
“Ayolah! Kita ini kelas 9 butuh refreshing juga kan, Masa belajar terus. Kitakan butuh hiburan juga Meg!”
“Iya iya Aulia. Tapi kuselesaikan dulu bekalku.”
Akhirnya aku pun mau melihat kenangan yang menyakitkan tersebut karena dipaksa Aulia.
Di kantin, tempat serba-serbi makanan di sekolahku berada saksi bisu penembakkanAriel ke Nira. Ariel pun mulai perjuangannya.
“Nir, sebenarnya ada yang mau gue sampein.” Kata Ariel dengan rasa gugup
“Apa ril? Apa yang mau lo sampein ke gue. Kenapa semua pada ngumpul di sini.” Kata Nira yang sedikit malu-malu
Tiba-tiba Miki mencairkan suasana yang tegang tersebut.
“Woi, harap tenang nih! Kalau nggak kita nggak dapat PJ dari Ariel”
Semua yang berkumpul  langsung menyoraki Miki yang terlalu kepedean dan lebai.
Dan diantara kerumunan tersebut, ada aku dan Aulia juga. Aku hanya berharap mereka nggak akan jadian. Karena, Kadar  cemburuku sudah sangat tinggi di banding biasanya. Ariel memanggil Miki dan  membisikan sesuatu di telinga miki. Setelah dibisikan tersebut, Miki langsung membubarkan kerumunan anak kelas 9. Mungkin Miki membubarkan tersebut karna ariel butuh ketenangan untuk mengungkapkan perasaannya. Ariel dan Nira juga pergi berlalu untuk mencari tempat yang tenang. Perasaanku yang semakin goyah dan tidak menentu, apakah Nira menerima atau menolak Ariel.

**********

Keesokan harinya di sekolah, teman-temanku mendukung Nira untuk menerima cintanya Ariel. Tapi berbeda denganku, aku ingin Nira menolak Ariel.
Di saat dia di dukung teman-temanku, Nira langsung pergi. Aku merasa di pasti di panggil Ariel. Buktinya adalah Ariel sudah duluan mendahului Nira. Teman-temanku tidak mengikuti Nira, karena mereka tahu Nira belum menjawab pertanyaan dari Ariel.
Karena penasaran, aku mengikuti Nira yang pergi dengan menjadi Detektif dadakan. Dan sampai di temapt yang sepi, sama sekali tidak ada yang mengganggu mereka. Tapi aku, hanya bisa melihat orang yang kucintai mengungkapkan rasa sayangnya ke orang lain sambil meneteskan air mata yang benar-benar tidak rela hal itu terjadi. Merekapun bertatap mata saling memandang. Keliatannya Ariel begitu deg-degan dengan tatapan Nira. Nira mengatakan hal yang sangat mnyakitkan bagiku yaitu “Aku akan menerimamu Ariel, Aku juga cinta kamu.” Apa? Tidak sesuai harapanku, Nira menerima Ariel. Hatiku semakin luka dan menangis.
Bel lonceng berbunyi, tanda pulang sekolah. Hari jumat adalah hari yang lebih awal pulang sekolah. Aku yang kebetulan di jemput kakakku pulang dari sekolah. Aku harus menahan rasa sakitku terdahulu. Karena aku tidak mau ada yang tahu kalau aku ada masalah. Selama di Mobil aku hanya diam dan melihat pemandangan dari luar mobil.  Tiba-tiba kakakku menanyakan ke aku yang lagi diam.
“Kenapa Meg, kamu kok diam”Kata kakakku melihat mukaku yang lagi tidak mood tersebut.
“Nggak ada kok kak, aku cuma capek dan jenuh aja nih!.”
“ohh, kalau kelas terakhir emang begitu Gi. Capek dan Jenuh itu hal yang lumrah. Tapi kalau sudah selesai nanti juga rileks kok!”
Padahal, kakak tidak akan tahu masalahku yang lain selain UN, tapi juga masalah cinta.
“Kakak  percaya kamu kok. Kamu bisa lulus. Kamukan pintar Megy, Tapi jangan sombong dan teruslah berusaha!” Kata kakakku dengan penuh semangat.
“Iya!” Kataku dengan yang masih memikirkan kejadian tadi.

**********

Begitu sampai di rumah, aku langsung menuju kamarku dan meluapkan amarahku yang sempat tertunda. Sampai-sampai aku lupa mencium tangan ibuku, padahal itu adalah kebiasaanku sehabis pulang sekolah agar ilmu pelajaran yang tadi dipelajari bisa diterima di otakku. Rasanya dunia ini seperti kiamat bagiku. Gimana tidak, rasanya melihat Ariel yang bahagia di samping Nira. Pasangan baru tersebut sedang menikmati hari-hari yang penuh bunga. Sedangkan aku lagi terluka. Coba saja waktu di ulang kembali, pasti aku tidak akan melihat adegan penembakkan tersebut. Lebih baik aku lari daripada aku sakit hati seperti ini. Sumpah, ini hal yang menyakitkan seumur hidup di banding sakit hatinya aku memutusin Putra yang saat itu aku benar-benar tidak rela juga. Hidup ini seperti tidak berpihak kepadaku. Aku ingin mati daripada sakit karena cuma cowok. Walaupun itu hal yang bodoh, tapi aku tetap nekat daripada aku tidak tenang seperti ini. Ku ambil jangka dari tasku, dan kutusuk tangan sebelah kiri dengan jangka tersebut. Sama terasa sakit juga, Tapi tidak apa-apa yang penting aku bisa tenang dan melupakan Ariel untuk selamanya. 
Darah dari tangan yang kutusuk tersebut semakin deras keluar. Kepalaku pusing dan Mataku tidak jelas melihat benda-benda yang ada di kamarku. Dan tiba-tiba aku tergulai lemas dan tertidur dengan bersimbah darah.

**********

Dalam setengah bangun, aku mendengar suara ibuku yang memanggil namaku dengan begitu  panik. Dan setelah benar-benar sadar, aku mencium bau obat dan ternyata  berada di sebuah kamar rumah sakit. Dan aku melihat infus di tusuk dibagian tangan kiriku. Tiba-tiba badanku di peluk ibuku.
“Megy, kamu tidak boleh pergi meninggalkan ayah, ibu, dan kakakmu.” Kata ibuku dengan tagisannya.
Aku kaget dengan hal tersebut. Jadi, aku belum mati. Padahal, aku sudah menusuk tanganku sampai dalam. Seharusnya tadi aku menusuk lebih dalam lagi. Apa aku tidak diperbolehkan untuk mati?

**********

Keesokkan harinya, aku harus absen dari sekolah karena kondisiku yang masih lemah. Di pagi hari aku disambut senyuman manis dari kakakku.
“Selamat Pagi Megy!”Kata kakakku dengan sambutan hangatnya.
“Iya kak!”
“Makan nasi goreng dulu, ini makanan kesukaan kamu lho!”
Dengan begitu senangnya, aku mengganti posisi dari tidur menjadi
 duduk di atas tempat baringku.
Saat aku makan nasi goreng tersebut. Tiba-tiba kakakku yang tadi dengan muka bahagianya berubah menjadi serius.
“Megy, Kenapa kamu melakukan hal bodoh tersebut?”
Aku yang tadi makan tiba-tiba menyudahi makanan yang lezat tersebut, Padahal belum selesai aku menghabiskannya.
“Jawab Megy! Pasti ada yang kamu sembunyikan! Apa yang kurang dari kamu? Kamu cantik dan langganan juara kelas.” Jawab kakakku yang sambil meneteskan air matanya.
“Kakak!”
“Maafkan kakak, Megy! Yang tadi…”
“Nggak papa, Justru aku yang salah. Aku sering memendam masalah, karena takut. Nanti aku jadi merepotkan semua.”
“Maksud semua siapa Megy? Dan apa masalahmu?”
“Semua orang yang kucintai. Masalahku hanya sepele.”
“kalau sepele, kenapa kamu memelakukkan bunuh diri?”
“Karna aku sudah nggak tahan lagi kak,”
Sambil menangis aku menceritakan semua masalahku yang hampir mengakhiri hidupku ini.
“Megy, Coba dari dulu kamu cerita ke kakak. Kakak bisa membantumu. Kamu nggak perlu memendam masalahmu, nanti jadi sakit sendiri. Saran kakak kamu melupakan Ariel. Kata kakakku smbil mengelus pundakku
Tidak, Aku tidak bisa melupakan Ariel. Aku benar-benar mencintainya. Dan saatku merenung kata yang dikatakan kakak, Kakakku melanjutkan sarannya.
“Kakak tahu, kamu tidak bisa melupakannya. Tapi kakak yakin kamu bisa. Kamu juga sudah tahu kalau dia mempunyai pacar. Cowok itu masih banyak di dunia ini,Tidak hanya dia. Suatu saat nanti kamu akan mendapatkan cowok yang lebih baik dari dia. Yang saling mencintai.”
“Iya kak! Kapan?”
“Kita nggak bakal tahu, Tapi suatu saat nanti. Jadi bersabarlah Megy. Dan sekarang kamu harus lebih fokus ke pelajaranmu. Kamu juga nanti ke Jogja ngelanjutin SMA di sana bersama kakakkan Meg? Kakakkan mau melanjutin S3 sia-sia kakak menolak Beasiswanya”
“Terus, Ayah dan Ibu gimana? Nanti kesepian”
“Mereka menikmati kenangan bahagianya saat muda.” Kata kakakku menyelipin humornya.
Berkat saran kakakku, Bebanku terasa lebih ringan dan bisa kembali tersenyum lagi. Dan Tinggal menyiapi masa depanku kelak, Itulah bebanku sekarang. Tapi aku tidak boleh terlalu stress juga. Ariel, Putra  suatu saat nanti aku akan tunjukkan ke kamu aku bisa mendapatkan pengisi hatiku yang bukan bertepuk sebelah tangan. Suatu saat nanti… pasti.



*Selesai*

0 komentar:

Posting Komentar